9 Teori Proses Pembentukan Bumi Dan Tata Surya
Pernahkah terpikir bagaimana bumi ini terbentuk?
Bumi yaitu satu-satunya planet di sistem tata surya yang dapat ditinggali oleh insan dan aneka macam makhluk hidup yang lain. Bumi menempati urutan ketiga dari matahari sesudah Merkurius dan Venus.
Hingga saat ini belum ditemukan planet lain yang memiliki gejala kehidupan mirip di bumi, meski para ilmuwan belum berhenti mencari kemungkinan adanya planet lain yang mampu dihuni.
Berikut ini adalah penjelasan perihal teori bagaimana proses pembentukan bumi oleh para ilmuwan.
Teori Terbentuknya Tata Surya
Tata surya dan bumi memiliki permulaan mula pembentukan seperti halnya keseluruhan alam semesta. Akan tetapi hal semacam ini tidak bisa diamati atau diuji melalui eksperimen. Itulah sebabnya para ilmuwan menyimpulkan teori berhubungan dengan hal tersebut.
1. Teori Nebula
Teori pertama proses pembentukan tata surya yaitu teori kabut nebula. Teori ini dicetuskan oleh Immanuel Kant di tahun 1755 yang kemudian disempurnakan oleh Pierre de Laplace di tahun 1796. Kaprikornus tidak aneh jika teori ini juga disebut sebagai teori Kant-Laplace.
Teori ini berawal dari fakta, bahwa sekitar 4,6 miliar tahun yang kemudian tata surya merupakan gabungan awan debu dan gas yang disebut selaku nebula matahari. Gravitasi bumi meruntuhkan material ke dalam dirinya dikala mulai berputar mengikuti poros dan membentuk matahari di tengah nebula.
Dengan kata lain, teori ini menyebutkan adanya gas yang terdapat di alam semesta, lalu berkumpul dan terjadi gaya tarik menawan antar gas di ruang angkasa. Gas tersebut membentuk kumpulan kabut yang lebih besar dan berputar sangat cepat.
Melalui putaran ini, material kabut di bab khatulistiwa terlempar sampai terpisah sehingga memadat dan mengalami pendinginan. Bagian yang terlempar tersebut kemudian diandalkan bermetamorfosis planet-planet dalam tata surya.
Teori nebula berisikan beberapa tahapan penting, mulai dari matahari dan planet yang masih berbentuk gas atau kabut pekat dengan ukuran super besar. Kemudian, kabut yang dimaksud akan mulai berputar, lalu berpilin diikuti pemadatan yang terjadi di pusat bundar. Hal ini terus terjadi sampai terbentuk matahari.
Di ketika yang serempak, material lain ikut terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari dan disebut sebagai planet. Seluruh planet berikutnya bergerak mengelilingi matahari dan tumbuh semakin besar serta terus bergerak secara terstruktur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap.
2. Teori Big Bang
Teori proses pembentukan planet-planet di tata surya ini dikenal sebagai teori ledakan besar yang lalu menjadi teori paling popule. Teori big bang berawal menyebutkan kalau tata surya berasal dari gumpalan kabut yang berotasi atau berputar pada porosnya. Putaran tersebut menimbulkan bagian terkecil dan ringan terlempar ke bab luar putaran, kemudian berkumpul menjadi suatu cakram raksasa.
Gumpalan tersebut lalu meledak dan membentuk galaksi serta nebula. Selanjutnya, nebula tersebut mengalami proses pendinginan dan kesannya membeku selama miliaran tahun.
Nebula yang membeku kemudian membentuk galaksi Bima Sakti yang kemudian di dalamnya terdapat tatanan tata surya. Sementara bab ringan yang terlempar keluar bakal mengalami kondensasi, kemudian membentuk gumpalan yang telah melalui proses pendinginan, lalu memadat. Akhirnya, gumpalan inilah yang membentuk planet, termasuk salah satu diantaranya yaitu bumi.
Bukti dari teori ini ialah jumlah hidrogen dan helium yang terdapat di ruang angkasa. Di banyak sekali observasi menyebutkan bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta sangat sesuai dengan perkiraan sisa peninggalan insiden big bang tersebut.
Apabila alam semesta tidak memiliki awal semacam ini dan bila memang sudah ada semenjak dulu kurun, maka mampu dipastikan unsur hidrogen seharusnya telah habis dan menjelma helium.
3. Teori Bintang Kembar
Teori bintang kembar pertama kali diungkap oleh spesialis astronomi bernama Raymond Arthur Lyttleton. Menurutnya, galaksi yaitu variasi dari bintang kembar. Salah satu dari bintang tersebut balasannya meledak dan menimbulkan banyak material terlempar.
Sementara bintang yang tidak meledak memiliki gaya gravitasi yang hebat besar lengan berkuasa yang diketahui selaku matahari. Dari insiden tersebut, pecahan atau material yang terlempar justru berputar mengelilingi matahari. Pecahan yang terlempar dan berputar tersebut merupakan planet yang salah satunya yaitu bumi.
4. Teori Tidal
Teori tidal atau pasang surut gas pertama kali diungkapkan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys di tahun 1918. Teori ini menyampaikan bahwa suatu bintang besar mendekati matahari dalam jarak sungguh pendek sehingga menimbulkan terjadinya pasang surut di tubuh matahari ketika matahari masih dalam bentuk gas.
Bumi juga mengenal fenomena pasang surut air bahari, tapi ukurannya sungguh kecil. Fenomena ini disebabkan oleh kecilnya massa bulan yang jaraknya sekitar 60 kali radius orbit bumi. Namun, jika ada suatu bintang dengan massa yang hampir sama besar dengan matahari mendekat, maka akan terbentuk gunung gelombang raksasa di tubuh matahari alasannya adanya gaya tarik bintang.
Gunung-gunung tersebut akan mencapai ketinggian yang luar biasa. Setelah itu, proses ini akan membentuk semacam pengecap pijar berskala super besar. Lidah pijar tersebut akan menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar tersebut. Di dalam lidah panas ini terjadi perapatan gas dan karenanya kolom tersebut pun pecah, berpisah menjadi benda-benda yang disebut planet.
Bintang besar yang mengakibatkan terjadinya penarikan pada bagian tubuh matahari tersebut melanjutkan perjalanannya di alam semesta. Secara perlahan, efek yang ditimbulkan pada planet-planet tersebut akan perlahan menghilang. Planet-planet akan terus berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan.
Beberapa planet besar akan mengalami proses pendinginan yang sungguh lambat, mirip Saturnus dan Jupiter. Sementara pada planet-planet kecil seperti bumi, proses pendinginan berlangsung lebih cepat.
5. Teori Planetesimal
Teori ini dikemukakan oleh Forest Ray Moulton, spesialis astronomi dan Thomas C. Chamberlain, spesialis geologi asal Amerika. Kedua ilmuwan ini menyebutkan bahwa matahari tersusun dari gas yang memiliki massa sungguh besar.
Sampai pada suatu ketika, ada bintang lain yang berskala sama besar dan melintas mendekati matahari. Kedua bintang tersebut dibilang nyaris bertabrakan sehingga seluruh material dan gas yang berada di tepiannya saling kesengsem.
Material yang terlempar karenanya menyusut dan membentuk gumpalan yang disebut sebagai planetesimal. Tak usang sesudah itu, planetesimal memadat dan menjadi lebih dingin hingga balasannya menjadi deretan planet yang mengelilingi matahari.
Teori Proses Pembentukan Bumi
Di awal proses pembentukan bumi, setiap bagiannya akan terpisah sesuai bobotnya. Bagian yang paling berat akan membentuk inti yang disebut sebagai barifer atau inti bumi. Sementara bagian yang ringan akan membentuk kerak bumi atau lithosfer.
Seiring berjalannya waktu, bumi yang mulanya berbentuk bola panas akan mengalami pendinginan mencapai 100o Celsius yang berujung pada kondensasi. Setelah terjadi kondensasi, maka terjadi hujan.
Turunnya hujan menciptakan wilayah bumi yang terendah akan terisi air sehingga proses ini membentuk lapisan hidrosfer. Di segi yang lain, terbentuk lapisan atmosfer berupa lapisan udara. Kemudian, lapisan lithosfer akan membentuk satu benua besar yang disebut Pangea.
Lantas, bagaimana Pangea bisa menjelma benua-benua yang ada saat ini? Sebenarnya ada beberapa teori proses pembentukan tampang bumi yang menerangkan bahwa bumi senantiasa bergerak mengelilingi matahari.
1. Continental Drift
Continental drift atau teori apungan dan perubahan benua yang pertama kali dikemukakan oleh Alfred Wegener. Teori ini mengungkap bahwa bumi berawal dari satu benua yang diketahui dengan nama Pangea. Sekitar 135 juta tahun lalu, benua raksasa ini kemudian pecah dan terbelah menjadi dua bab.
Bagian pertama dari Pangea adalah Laurasia yang terletak di sebelah utara (kutub utara) dan bab keduanya yakni Gondwana yang terletak di sebelah selatan (kutub selatan). Kedua benua besar ini dipisahkan lagi oleh jalur bahari sempit yang disebut selaku Laut Tethys.
Bekas Laut Tethys kini berupa jalur minyak bumi yang ada di sekeliling Timur Tengah. Laurasia dan Gondwana mengalami perpecahan lagi dan bergerak tak beraturan dengan kecepatan sekitar 1 hingga 10 cm per tahunnya.
Laurasia dipercaya jadi cikal bakal benua yang terletak di sebelah utara ekuator yang mencakup Eurasia, Amerika Utara, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Sementara Gondwana yakni cikal bakal dari Benua Afrika, Amerika Selatan, Australia, sub Benua India, dan Antartika.
2. Teori Kontraksi
Teori proses pembentukan bumi selanjutnya berasal dari Des Crates. Ia menjelaskan bahwa bumi menyusut dan mengerut sehingga tercipta banyak lembah serta gunung.
3. Teori Konveksi
Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Arthur Holmes dan Harru H. Hess yang lalu dikembangkan lagi oleh Robert Diesz dan disebut juga selaku teori pemekaran dasar samudera.
Teori konveksi menyatakan, kondisi bagian dalam bumi masih dalam keadaan panas dan berpijar sehingga terjadi arus konveksi ke arah lapisan kerak yang berada di atasnya.
Ketika arus konveksi tersebut membawa material sampai ke permukaan di bagian punggung tengah samudera atau mid oceanic ridge, lava tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi gres. Kemudian, lapisan tersebut akan menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih bau tanah.
4. Teori Lempeng Tektonik
Teori proses pembentukan bumi yang terakhir dikemukakan oleh Toso Wilzo di tahun 1968. Teori ini menyatakan bahwa, bab luar bumi yakni bab lithosfer terdiri dari beberapa lempeng.
Bisa diartikan, teori ini ialah teori proses pembentukan bumi yang paling diterima ketika ini oleh sebagian besar orang. Diketahui, lempeng tektonik berada sempurna di atas lapisan astenosfer yang berupa cairan kental. Lempeng tektonik akan senantiasa bergerak karena adanya dampak arus konveksi yang terjadi di lapisan astenosfer sempurna di bawah lempeng bumi.
Lithosfer berisikan dua lempeng, ialah lempeng samudera dan lempeng benua. Adapun lempeng samudera tersusun atas batuan basa dengan ketebalan mencapai 10 km, sedangkan lempeng benua tersusun atas batuan basa dengan ketebalan mencapai 40 km.
Saat ini, dikenali ada sembilan lempeng utama, yaitu Lempeng Amerika Utara, Lempeng Afrika, Lempeng Nazca, Lempeng Karibia, Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Antartika. Selain itu, ada juga lempeng kecil seperti Lempeng Scotia dan Lempeng Filipina.
0 Response to "9 Teori Proses Pembentukan Bumi Dan Tata Surya"
Post a Comment